Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah
(Journal of Men’s Studies, Amerika Serikat).
Sirkumsisi juga diharuskan dalam
agama, misalnya Islam dan Yahudi. Bahkan pada awalnya para pendeta
Kristenpun diharuskan sunat.

Ada 3 alasan utama
orang menjalani sirkumsisi :
1. Karena indikasi medis.
2.
Tindakan pencegahan penyakit (untuk masa depan).
3. Alasan
agama/keyakinan.
Sirkumsisi
(circumcision) dapat dilakukan dengan cara tradisional dan medis, di
dalam dunia kedokteran, ada beberapa langkah yang dilakukan ketika
melakukan sunat:
Pertama-tama mengiris kulit di bagian
punggung penis (dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan ujung
bagian dalam penis. Kedua, mengiris kulit kulup yang mengelilingi penis
(sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi terbuka. Setelah itu menjahit
luka irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung cepat dan tidak
timbul komplikasi.
Selain cara klasik di atas, masih ada
banyak cara untuk menyunat. Di antaranya adalah:
Cara
kuno
Dengan menggunakan sebilah bambu tajam. Para
bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam
tersebut. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan
infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.
Metode
cincin
Dicetuskan oleh oleh dr. Sofin, lulusan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan sudah
dipatenkan sejak tahun 2001.
Pada metode ini, ujung kulup
dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang
semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan
terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit.
Metode mangkuk.
Metode ini lebih cocok
dilakukan untuk balita atau anak yang memiliki pembuluh darah pada
kulup lebih kecil dari ukuran normal.
Metode lonceng.
Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya
diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan
mati dan terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja
metode ini waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi
di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision
Cord Device.
Dengan laser CO2.
Fasilitas
Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya, di Jakarta. Laser
yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut
tahapan sunat dengan laser tersebut:
setelah disuntik kebal
(anaestesi lokal), preputium ditarik, dan dijepit dengan klem. Laser CO2
digunakan untuk memotong kulit yang berlebih.Setelah klem dilepas,kulit
telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun
keluar. Walaupun demikian kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan
sempurna. Dalam 10-15 menit, sunat selesai. Cara sirkumsisi seperti ini
cocok untuk anak pra-pubertal, namun kurang cocok untuk dibawa-bawa
kelapangan misalkan pada khitan masal, karena disamping alat ini mahal
dan berat dalam pengoperasiannya mutlak memerlukan jaringan listrik.
Khitan metode Electrocautery
Metode
pemotongan dengan solder panas ini sempat booming beberapa tahun
belakangan ini, masyarakat awam menyebutnya khitan laser. Metode
pemotongan elektrokauter inipun mutlak membutuhkan energi listrik (PLN)
sebagai sumber dayanya. Namun belakangan ini metode elektrokauter ini
banyak mendapat sorotan karena :
- Dapat menimbulkan luka
bakar yang cukup serius.
- Tidak praktis karena mutlak
membutuhkan jaringan listrik (PLN)
- Jika ada kebocoran
(kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang sangat berbahaya
bagi pasien maupun operator.
PerlengkapanSebelum mulai menerima
pasien untuk dikhitan, terlebih dahulu kita harus melakukan persiapan.
1. Minor set/Sirkum Set terdiri dari :
- gunting
dengan ujung tajam dan tumpul,
- pinset anatomis,
-
Klem lurus 3 buah,
- Klem bengkok (mosquito) 1 buah,
- Neddle holder 1 buah- semuanya berukuran kecil-sedang bukan yang
besar-besar.
2. Wadah stainles untuk minor set- semuanya ini
dalam kondisi steril
3. Jarum cutting ukuran kecil-sedang dan
benang cat-gut plain ( lebih baik lagi bila ada yang atraumatik)
4.
Spuit 3 cc dan lidocain 2% atau Pehacain
5. Kassa steril yang
cukup
6. Plester .
7. Trifamycetin zalf atau
sofratule bila ada.
8.Duk steril bolong, handskun steril
ukuran sesuai tangan
9. Meja untuk pasien berbaring beserta
perlaknya dan kipas angin, serta pencahayaan yang baik atau headlamp.
10. Adrenalin yang sudah dimasukkan dalam spuit untuk jaga-jaga
saja
11. Alkohol 70 % dan betadine
12.Tempat sampah
Setelah persiapan lengkap lidocain sudah masuk dalam spuit
sebanyak 2,5 cc, jarum sudah dipegang oleh needle holder serta benang
catgut sudah terpasang ( "klik" 2 kali ) di pantat jarum, barulah kita
panggil pasien.
A. Evaluasi
kelayakan 
Sebelum memutuskan apakah
pasien dapat dikhitan serta untuk menghindari penyulit pada saat atau
sesudah proses khitan, atau kemungkinan adanya kontraindikasi klhitan
ada beberapa hal yang harus dicermati antaralain:
1.
Hypospadia/epispadia Hal-hal yang perlu
ditanyakan/diperhatikan:
- Arah pancaran kencing ke depan,
atas atau bawah.
- Apakah penis melengkung saat ereksi
-
Kelainan bentuk penis, meatus uretra eksternsa, atau adanya korda.
2. Kelainan hemostasistanya: Riwayat
pendarahan lama setelah luka.
Riwayat perdarahan lama setelah
cabut gigi.
Riwayat gosok gigi sering berdarah.
Riwayat
kulit mudah membiru bila terkena benturan ringan.
Riwayat
perdarahan lama pada keluarga ketika luka.
Riwayat operasi
sebelumnya.
3.
Diabetus Mellitus Tanyakan
trias DM (polidipsi, poliphagi, poliuri), pruritus, parestesi
(kesemutan), riwayat DM di keluarga.4. Riwayat penyakit lainmisal asma
bronkiale, epiepsi yang sewaktu-waktu bisa kambuh sehingga kita bisa
menyiapkan obat-obatan.
5. Riwayat penyakit menular
semisal hepatitis B,C,D, HIV positif, AIDS.
6.
Riwayat
alergi obat Riwayat reaksi gatal2, kemerahan,
pusing, pingsan setelah mendapat suntikan atau obat tertentu. Bila
alergi iodin bisa diganti savlon sebagai antiseptiknya.
B.
Pendekatan terhadap anak.
> Seperti sifat anak
pada umumnya, akan takut jika berhadapan dengan tenaga medis, jarum
suntik dan peralatan medis lainnya.
> Hendaknya kita dapat
mengalihkan perhatian anak misalnya dgn mengajak ngobrol membaca ayat
alquran, main game dll.
> Jangan meletakkan instrumen di
tempat yang mudah terlihat.
> Usahakan jangan didampingi
orangtua agar anak tidak cengeng.
> Usahakan anak tidak
mendengar apalagi melihat proses khitan yang disertai tangisan anak
lain.
Selain dilakukannya berbagai macam
pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting
terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu
Inform
Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari
bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh
karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi
tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan
satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua
tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien.
Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan
sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami
operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti:
kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap
pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam
perawatan.
�
Inform Consent sebagai wujud
dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien
atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun
tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
�Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait
dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan
yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka
pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai
betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika
tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga. �
TEKNIK OPERASI Urutan teknik operasi :
1. Asepsis
2. Anestesi
3. Release
4.
Insisi
5. Hemostasis
6. Wound suture
7.
Wound care
ASEPSIS
Desinfeksi lapangan operasi
dengan Povidone iodine atau betadine secara melingkar sentrifugal di
area genitalia. Pada beberapa kasus didapatkan reaksi alergi oleh povine
iodine. Setelah 3-5 menit bilas dengan alkohol 70 % (perhatian : bila
didapatkan laserasi atau reaksi hipersensitivitas berlebihan dianjurkan
tidak mengguakan alkohol) Persempit lapangan
operasi dengan
doek steril berlubang.
ANESTESI
Sircumsisi pada
umumnya menggunakan anestesi lokal, teknik
anastesi yang
dipakai biasanya blok, infiltrasi atau gabungan keduanya. Disini penulis
menggunakan anestesi infiltrasi yang membentuk ring blok.
Teknik
Infiltrasi
Jarum disuntikan di daerah dorsum penis proksimal
secara sub kutan, gerakkan kekanan, aspirasi, tarik jarum sambil
menginjeksikan cairan anestesi, jarum jangan sampai keluar kemudian
arahkan jaruh ke lateral kiri, ulangi seperti lateral kanan. Kemudian
jarum injeksikan di daerah ventral dan lakukan infiltrasi seperti diatas
sehingga pada akhirnya terbentuk Ring Block Massage penis, karena obat
anestesi membutuhkan waktu untuk bekerja. Tunggu 3-5 menit kemudian
dilakukan test dengan menjepit ujung preputium dengan klem. Apabila
belum teranestesi penuh ditunggu sampai dengan anestesi bekerja
kira-kira 3-5 menit berikutnya.
Pada batas tertentu bila
dipandang perlu dapat dilakukan tambahan anestesi.
1. Membebaskan
perlengketan.
Perlengketan yang
dimaksud disini adalah antara prepusium dan gland penis, kususnya
didaerah korona glandis. Hal ini diakibatkan adanya smegma yang menumpuk
dan mengeras, akibat higiene yang kurang baik atau karena kelainan
phimosis.
Smegma yang terlanjur menumpuk dan mengeras sulit
dibersihkan dengan tangan tanpa alat bantu. Namun hal itu tidak akan
dapat dilakukan sebelum kita membebaskan perlengketan gland penis dan
mukosa prepusium. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini diantaranya:
Teknik klem
Caranya, tarik preputium ke proksimal
kemudian klem dibuka sambil didorong ke arah perlengketan. Cara ini
dilakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral sampai terlihat
sulkus korona glandis dan pangkal mukosa prepusium di sekeliling sulkus
korona glan penis.
Keuntungan tehnik ini adalah dapat
membebaskan perlengketan dengan cepat sedangkan keurangannya adalah
dapat menyebabkan lecet didaerah gland dan mukosa. Yang harus
diperhatikan dalam tehnik ini bahwa ujung klem harus benar-benar tumpul.
Teknik kasa
Caranya sama, preputium ditarik dengan
tangan kiri ke arah proksimal sampai meregang sehingga terlihat
perlengketan, tangan kanan memegang kasa steril untuk membebaskan
perlengketan. Kemudian daerah perlengketan didorong dengan kasa dan
didorong ke arah proksimal sehingga perlengketan terlepas sedikit demi
sedikit. Keuntungan tehnik ini adalah minimnya resiko lecet atau trauma
pada gland penis, namun kerugiannya adalah prosesnya memakan waktu
relatif lama.
Ciri perlengketan yang sudah lepas.
Yang
harus diperhatikan dari beberapa tehnik diatas adalah perlengketan
sekeliling perbatasan
mukosa dan gland penis harus
benar-benar bebas / lepas seluruhnya. Ciri perlengketan sudah lepas
adalah sudah terlihat batas mukosa-batang penis dan sulkus korona
glandis secara utuh, terlihat sebagai sudut tumpul yang melingkar
sepanjang lingkaran penis.
2. Membersihkan smegma
Smegma yaitu sekret
dari kelenjar yang dapat mengeras, berupa butiran-butiran putih seperti
kapur yang berkumpul antara mukosa dan gland penis, utamanya didaerah
korona glandis. Membersihkannya dengan didorong kasa steril sedikit demi
sedikit. Namun jika smegma sulit dilepaskan basahilah kasa dengan iodin
povidon kemudian lakukan cara yang sama dengan diatas. Jika dengan cara
ini smegma masih sulit terlepas, dapat diatasi dengan klem mosquito
dengan cara menjepit gumpalan smegma satu persatu, kemudian bersihkan
dengan kasa yang telah dicelup iodin povidon 10%.
Dorsumsisi (
Dorsal Slit Operation )
TEKNIK KONVENSIONAL
(DORSUMSISI)
Teknik Dorsumsisi adalah teknik
sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal pada jam 12
sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan
pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.
Keuntungan
- Kelebihan
kulit mukosa bisa diatur
- Resiko
menyayat/memotong penis lebih kecil
- Mudah
mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa
-
Tidak melukai glan dan frenulum
- Pendarahan
bisa cepat diatasi
- Baik untuk
penderita fimosis/paraphimosis.
- Baik untuk
pemula.(tehnik yang paling aman)
Kerugian :
- Pendarahan relative lebih
banyak.
- Teknik sulit dan lebih rumit
- Insisi
sering tidak rata, tidak simetris.
- Waktu lebih lama.
Urutan / Tahapan Tehnik
-
Tandai batas insisi dengan menjepit kulit prepusium dengan
klem/pinset.
Prepusium
dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal.
Preputium dijepit dengan klem bengkok dan frenulum dijepit
dengan kocher
Preputium diinsisi pada jam 12
diantara jepitan klem dengan menggunakan gunting kearah sulcus
coronarius, sisakan mukosa kulit secukupnya dari bagian distal sulcus
pasang tali kendali
Pindahkan
klem (dari jam 1 dan 11 ) ke ujung distal sayatan (jam 12 dan 12’)
Insisi
meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di
distal penis (pada frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat
tali kendali )
Buat tali kendali pada jam 3 dan 9
Gunting dan rapikan kelebihan mukosa
Rawat perdarahan
yang terjadi
HEMOSTASIS
Perawatan perdarahan di lakukan dengan mencari sumber
perdarahan dengan menghapus daerah luka dengan menggunakan kasa, bila di
dapatkan sumber perdarahan segera di jepit dengan klem/pean arteri
kecil. Tarik klem, ligasi dengan mengikat jaringan sumber perdarahan
dengan catgut. Potong ikatan sependek mungkin. Cari seluruh sumber
perdarahan lain dan lakukan hal yang serupa.
Jika anda
mempergunakan flashcutter, cukup menyentuh pendarahan dengan probe
bipolar, seketika langsung terhenti.
WOUND SUTURE
Jahitan Frenulum Frenulum
biasanya dijahit dengan matras horizontal atau boleh dengan matras 8
(cross) ataupun matras horizontal. Setelah dijahit sisakan benang untuk
digunakan sebagai kendali.·
Jahitan Dorsal
Jahitan pada dorsal penis mengunakan jahitan simpul. Sisakan
benang untuk dibuat tali kendali. (Gambar 18 Simpul pada jam 12)·
Jahitan bagian kulit mukosa yang lain
Dengan
menggunakan kendali untuk mengarahkan posisi penis jahit sekeliling
luka dengan jahitan simpul (jam 12). Jahitan simpul bisa dilakukan pada
jam 3 dan 9 atau jam 2,4, 8 dan 10. Tidak diianjurkan Mengikatnya
terlalu erat. Tidak dianjurkan menggunakan jahitan jelujur (Continuous
Suture). Bila telah dijahit semua maka lihat apakah ada bagian yang
renggang yang memerlukan jahitan.
WOUND CARE
Setelah selesai di jahit olesi tepi luka dengan betadine,
bila perlu beri dan olesi dengan salep antibiotik.
Perawatan
luka bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.
Metode
terbuka (Open Care )
Perawatan ini
bisa dilakukan bila ada jaminan penderita mampu menjaga kebersihan luka.
Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan secara terbuka
(dianjurkan urologi).
Metode tertutup (Close Care)
Setelah diberi betadine dan salep antibiotika, berikan
sufratule secara melingkar. Tutup denga kasa steril, ujung kain kasa
dipilin sebagai tempat fiksasi supra pubic dengan menggunakan plester
(Balutan Suspensorium) atau biarkan berbentuk cincin (Balutan Ring).
POST OPERATION CARE
Medikamentosa
Analgetika : Antalgin 500mg PO 3dd1
Asam
Mefenamat 500mg PO 3dd1
Antibiotika : Amoksisilin 500mg PO
3dd1
Eritromisin 500mg 3dd1
Roboransia : Vitamin B
Complex
Vitamin C
Edukasi
Luka dalam 3 hari jangan kena air.
Hati hati dengan
perdarahan post circumsisi, bila ada segera kontrol
Perbanyak
istirahat
Bila selesai kencing hapus sisa air kencing
dengan tisue atau kasa
Perbanyak dengan makan dan minum yang
bergizi terutama yang banyak mengandung protein, tidak ada larangan
makan.
Setelah 3-5 hari post circumsisi buka perban di rumah
segera kontrol.
Sirkumsisi
taknik standar, konvensional.
Khitan metode ini merupakan
khitan standar yang paling kuno namun masih banyak dipakai sampai saat
ini, baik oleh tenaga medis maupun non medis (paraji sunat ,calak
(Jawa), dll). Di Sunda dikenal dengan sebutan sopak lodong.
Keuntungan.
- Peralatan lebih murah dan sederhana, sudah banyak dikenal
masyarakat.
- Biaya relative lebih murah.
Kerugian
atau resiko :
-
Resiko glan terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan
dibawah koher.
- Proses memakan waktu cukup lama, kurang
cocok untuk acara khitan masal yang lagi marak terahir ini.
-
Mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang.
- Bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama .
- Resiko pendarahan operasi relative sangat tinggi,demikian halnya
paska operasi.
Teknik khitan standar ( konvensional
)
- Tandai
batas insisi
- Pasang klem pada jam 12 dan 6 ditarik ke
distal sampai teregang.
- Urutlah glans seproksimal
mungkin dan fiksasi glans dengan tangan kiri.
- Jepit
koher pada batas yang telah kita tandai dengan arah melintang miring
(sekitar 40 derajat) antara jam 12 dan 6 ( jam 6 lebih distal)
- Yaskinkan bahwa glans tidak terjepit.
- Gunting /
sayat dengan bisturi dibagian atas atau bawah koher.
- Lepaskan
koher dan munculkan kembali glans.
- Rapikan sayatan
terutama jika mukosa masih panjang.
Hemofilia
Salah satu kelainan yang
merupakan kontraindikasi dilakukannya khitan ( sirkumsisi, circumcision
) adalah penyakit Hemofilia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh
karena kurangnya faktor pembekuan darah.
Hemofilia berasal
dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang
berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan (
bawaan ) yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak
tersebut dilahirkan.
Darah pada seorang penderita
hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses
pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan
sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu
untuk proses pembekuan darahnya.
Penderita hemofilia
kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka
memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan
sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat;
pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku
tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya
jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti
perdarahan pada otak.
Hemofilia A dan B
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :
Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
Hemofilia
kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII)
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
Hemofilia B;
yang dikenal juga dengan nama :
Christmas Disease; karena
di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas
asal Kanada
Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena
kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan
masalah pada proses pembekuan darah.
Bagaimana
ganguan pembekuan darah itu dapat terjadi?
Gangguan
itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang
dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan
darah yang terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita
hemofilia (Gambar 2).
Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan
pembuluh darah yang terluka di dalam darah tersebut terdapat
faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam menghentukan
perdarahan.
a. Ketika
mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu
saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari
pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c.
Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d.
Faktor-faktor pembeku da-rah bekerja membuat anyaman (benang - benang
fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar
pembuluh.
a. Ketika
mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu
saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari
pembuluh.
b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c.
Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d.
Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman
penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti
mengalir keluar pembuluh.
Seberapa banyak penderita
hemofilia ditemukan ?
Hemofilia A atau B adalah suatu
penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya
1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1
di antara 50.000 orang.
Siapa saja yang dapat mengalami
hemofilia ?
Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna
kulit atau suku bangsa.
Hemofilia paling banyak di derita
hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika
ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pemabawa sifat
(carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. (Lihat penurunan Hemofilia)
Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia
sejak ia dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu
terditeksi di tahun pertama kelahirannya.
Tingkatan
Hemofilia
Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3
tingkatan, yaitu :
Klasifikasi
|
Kadar
Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah
|
Berat
|
Kurang
dari 1% dari jumlah normalnya
|
Sedang
|
1% - 5%
dari jumlah normalnya
|
Ringan
|
5% - 30%
dari jumlah normalnya
|
Penderita hemofilia
parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang
dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa
kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu
saja tanpa sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang
lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat.
Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olah raga yang berlebihan.
Penderita hemofilia
ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah
perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi
atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan
pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.